-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

OPINI : Pemimpin Dan Penguasa disisi Ilmu Pemerintahan

Sabtu, 12 Juli 2025 | Juli 12, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-12T12:02:57Z
Ilustrasi

Seorang pemimpin adalah sosok yang memotivasi, mengarahkan, dan membimbing orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin bekerja berdasarkan prinsip dan teknik yang mengutamakan kolaborasi, kepentingan bersama, serta kesejahteraan pihak yang dipimpinnya. Pemimpin sejati akan menciptakan suasana kerja yang penuh disiplin, produktivitas, dan semangat untuk terus maju.

Dalam praktiknya, seorang pemimpin tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses bagaimana hasil itu dicapai. Mereka akan melibatkan tim, masyarakat, atau kelompoknya untuk berkontribusi secara aktif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan ini, pemimpin mampu membangun kepercayaan dan rasa hormat dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu, pemimpin juga cenderung memberikan ruang untuk berkembang bagi para pengikutnya, sehingga tercipta regenerasi yang baik dalam kepemimpinan.

Salah satu karakteristik utama pemimpin adalah kemampuannya untuk menjadi teladan. Pemimpin tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menunjukkan melalui tindakan nyata bagaimana tujuan bisa dicapai. Mereka cenderung memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan berusaha menciptakan kondisi yang adil dan harmonis.

Di sisi lain, penguasa cenderung mengendalikan orang lain berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya. Penguasa lebih berfokus pada mempertahankan posisi dan wewenangnya daripada kepentingan rakyatnya. Berbeda dengan pemimpin yang menginspirasi, penguasa lebih sering menggunakan kekuatan dan intimidasi untuk mengatur masyarakat.

Penguasa tidak jarang melakukan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya, termasuk memecah belah masyarakat dan menciptakan situasi yang menguntungkan dirinya sendiri. Salah satu contoh klasik dari perilaku penguasa yang menggunakan kekuasaannya demi kepentingan pribadi adalah Firaun. Dalam sejarah, Firaun dikenal sebagai penguasa yang menindas rakyatnya demi mempertahankan posisinya sebagai penguasa tertinggi. 


Mari kita pahami karakteristik Pemimpin dan Penguasa dalam segi pemerintahan maupun pemimpin publik.


Perbedaan utama antara pemimpin dan penguasa terletak pada cara mereka memperoleh dan menggunakan kekuasaan serta pengaruh. Pemimpin menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama, seringkali melalui kolaborasi dan kepercayaan. Penguasa, di sisi lain, cenderung menjalankan wewenang dan kendali, seringkali dengan sedikit atau tanpa persetujuan dari orang yang dipimpinnya. 


Perlu dicatat bahwa seorang pemimpin juga mungkin memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan tersebut digunakan untuk melayani orang lain dan mencapai tujuan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi. Dalam konteks pemerintahan, seorang pemimpin yang baik akan berusaha untuk membangun kepercayaan, melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dan bertindak untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan hanya kelompok tertentu. 


Seorang penguasa menganggap dirinya sah-sah saja memerintah orang lain untuk memenuhi kemauannya sepanjang sesuai dengan aturan yang ada. Kewenangan untuk memaksa itulah, maka menjadikan penguasa tidak selalu disukai oleh mereka yang harus loyal dan atau taat kepadanya.


Menurut Ryass Rasyid dalam bukunya Makna pemerintahan tinjauan dari segi etika dan kepemimpinan mengutip pernyataan Menurut Kenneth F. Janda, membagi faktor keperibadian pemimpin terbagi menjadi tiga, yaitu faktor lingkungan sosial dan fisik di mana interaksi kelompok berlangsung. Dua, tuntutan kebutuhan kolektif yang perlu diatasi. Tiga, karakteristik keperibadian dari orang lain dalam kelompok itu. 


Menurut Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, perilaku kepemimpinan politik dan pemerintahan di dunia bisa disimpulkan terdapat empat karakter kepemimpinan yang berbeda terhadap satu sama lainnya.


Pertama, kepemimpinan yang sensitif. Ini ditandai oleh kemampuan untuk secara dini memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengerti apa yang mereka butuhkan, serta mengusahakan agar ia menjadi pihak pertama yang memberi perhatian terhadap kebutuhan itu.

. Kepemimpinan yang Responsif


Karakter kedua adalah kepemimpinan yang responsif, yang memiliki kedekatan dengan karakter pertama, yakni kepemimpinan yang sensitif. Namun, terdapat perbedaan mendasar dalam orientasi dan pola interaksinya.


Jika pemimpin yang sensitif cenderung proaktif dan mengandalkan inisiatif pribadi dalam membaca situasi, maka pemimpin yang responsif bergerak sebagai reaksi terhadap aspirasi yang datang dari masyarakat. Artinya, kepemimpinan responsif muncul sebagai jawaban atas permintaan, tekanan, atau tuntutan publik, baik melalui media massa, media sosial, forum komunitas, maupun mekanisme demokrasi lainnya.


Pemimpin tipe ini memiliki kemampuan mendengar yang tinggi, terbuka terhadap kritik, dan cepat dalam mengambil tindakan berdasarkan input eksternal. Responsif bukan berarti reaktif secara emosional, tetapi lebih pada kemampuan merespons dengan tangkas, bijaksana, dan terukur, berdasarkan tuntutan yang valid dan sesuai kebutuhan rakyat.


Model kepemimpinan ini umumnya berkembang dalam masyarakat yang semakin terbuka, partisipatif, dan vokal, di mana saluran komunikasi antara rakyat dan pemimpin tidak lagi satu arah. Tantangan dari kepemimpinan responsif adalah menjaga keseimbangan antara menjawab harapan publik dan menjaga arah kebijakan jangka panjang.


Ketiga, kepemimpinan yang defensif. Karakter kepemimpinan ini berbeda dibanding dua karakter sebelumnya. Ia ditandai oleh setiap kesikap egoistik. Merasa paling benar, walaupun pada saat yang sama memiliki kemampuan argumentasi yang tinggi dalam berhadapan dengan masyarakat. Komunikasi antar pemerintah dan masyarakat cukup terpelihara. Tetapi pada umumnya pemerintahan selalu mengambil posisi sebagai pihak yang lebih benar dan lebih mengerti. Karena itu keputusan penilaiannya atas berbagai isu harus diikuti oleh masyarakat.


Kharakteristik kepemimpinan yang keempat, kepemimpinan yang represif. Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya dengan karakter yang defensif. Tetapi, ia lebih buruk lagi karena tidak memiliki kemampuan argumen atau justifikasi dalam mempertahankan keputusan atau penilaian terhadap sesuatu isu ketika berhadapan dengan masyarakat. Monopoli atas kebenaran dilakukan secara telanjang tanpa rasa malu sama sekali.


Kharakteristik kepemimpinan yang keempat, kepemimpinan yang represif. Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya dengan karakter yang defensif. Tetapi, ia lebih buruk lagi karena tidak memiliki kemampuan argumen atau justifikasi dalam mempertahankan keputusan atau penilaian terhadap sesuatu isu ketika berhadapan dengan masyarakat. Monopoli atas kebenaran dilakukan secara telanjang tanpa rasa malu sama sekali.


Dalam konteks pemerintahan, etika merupakan landasan moral bagi penyelenggara pemerintahan. Tugas pokok pemerintahan dapat diringkas menjadi tiga fungsi yang hakiki, yaitu pelayanan, servis, pemberdayaan, dan pembangunan. Pelayanan akan membuahkan keadilan, pemberdayaan akan mendorong kemandirian, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat. Etika pemerintahan sejoknyanya dikembangkan untuk memaksimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi itu. Artinya, setiap tindakan yang tidak sesuai, tidak mendukung, apalagi yang menghambat perwujudan dan fungsi-fungsi itu, sejogyanya dipandang sebagai pelanggaran etika.


dikutip dari berbagai sumber oleh Ilhamuddin, Ketua Yayasan Pengembangan Sumberdaya (YPS) Bima
(Bersambung)
×
Berita Terbaru Update